Mungkin, masih terlalu dini bagi saya untuk membagikannya. Toh saya juga belum setahun kok menggeluti profesi ini secara resmi. Tapi, tak ada salahnya berbagi kan. Bukan sebagai ahli, tetapi sebagai yang pernah mengalami dan juga dari apa yang saya tahu saja. Jadi, saya akan coba cerita bagaimana sih caranya biar bisa jadi editor dan proofreader freelance di penerbit buku? Gimana kalau dalam bentuk tanya-jawab? Karena ini juga beberapa pertanyaan yang sering masuk ke saya berkaitan apa yang saya kerjakan sekarang. ^^
Tanya: Kok Dini bisa jadi editor dan proofreader sih? Emang dulu pendidikannya apa?
Jawab: Kalau dari latar belakang pendidikan sih nggak nyambung, hehe. Aku belajar Akuntansi di kuliah. Tapi aku suka baca novel, dan dari situ aku belajar secara otodidak. Lalu, beberapa kali bantuin baca naskah temen sebelum naik cetak di penerbitnya. Bantuinnya secara waktu senggangku sih, awalnya sekadar cek typo-typonya, lama-lama kebakuan dan EYD-nya juga, aku pakai KBBI. Dari situ karena mulai intens, aku memberanikan diri untuk mengajukan menjadi proofreader secara resmi. Dan tentunya pengerjaannya bener-bener profesional. Kalau dulu informal hanya ngecek sekali dan sudah, sekarang tiap komentarku pun ditindaklanjuti untuk diedit, dibalikin ke aku lagi untuk diperiksa ulang. Begitu awalnya. ^^.
Tanya: Terus, kalau belum ada pengalaman atau latar belakang berkaitan memeriksa naskah, lamarnya gimana tuh ke penerbit-penerbit buku??
Jawab: Ssst, ini sedikit bocoran ya, dari temanku yang jadi editor tetap di suatu penerbit mayor. :) Sebenernya nggak harus saklek berpendidikan terkait kok, yaitu pendidikan bahasa atau sastra. Tahu nggak, katanya yang penting kita tuh suka baca buku. Jadi ya, kalau memang tertarik menjadi editor atau proofreader, ajukan lamaran seperti biasa. Di lamaran cantumkan kesukaanmu membaca buku. Misalnya, 10 judul novel buku yang kamu baca. Atau lebih baik lagi kalau kamu suka meresensi buku, dan ada blog. Dari situ mereka akan lihat, kamu sukanya baca buku seperti apa, cocok nggak dengan buku-buku yang mereka terbitkan? Oh ya, bisa juga nih dengan mencantumkan contoh hasil pemeriksaanmu. Misalnya, kan pasti pernah tuh baca novel dan kamu merasa ada salah tulis entah sebatas typo, atau nggak sesuai EYD. Kamu fotokopi atau scan beberapa halaman saja sebagai pendukung lampiran. Atau seperti yang dilakukan beberapa temen blogger buku dalam resensinya, mereka mencantumkan kesalahan-kesalahan tulis dari novel yang mereka baca. Dari situ kan penerbit menilai juga kejelianmu. Kayaknya untuk yang belum berpengalaman memeriksa naskah, hal seperti itu bisa dilakukan. Selanjutnya, tinggal tunggu reaksi penerbit untuk menanggapi E-mail kalian. Biasanya akan diberikan naskah tes. :)
Tanya: Kirim lamarannya ke mana?
Jawab: Selama ini sih aku melamar via E-mail. Alamat E-mailnya ya aku cari sendiri lewat media sosial mereka misalnya, atau di kover belakang buku mereka tuh biasanya ada. Maaf kalau aku nggak bisa mendata semuanya di sini, cari sendiri juga ya. :) Aku sekarang sedang megang kerjaan naskah di tiga penerbit mayor yaitu Haru, Gramedia Pustaka Utama, dan Grasindo. Namun selain penerbit-penerbit itu, aku juga pernah mengirim E-mail lamaran ke banyak penerbit lain. Ada yang mendiamkan, ada yang menjawab kalau belum perlu tenaga freelance. Jadi sih coba-coba aja kirim lamaran ke beberapa penerbit, jangan cuma satu, jadi nggak kecewa kalau nggak semua merespons. :)
Tanya: Tahunya mereka butuh tenaga freelance untuk memeriksa naskah? Apa harus nunggu mereka bikin lowongan?
Jawab: Well, nggak juga kok. Sepengalamanku, penerbit pasti ada yang butuh tenaga tambahan di luar karyawan tetap mereka. Misalnya saat di Grasindo, aku melamar sebagai proofreader, tetapi mereka bilang kalau mereka memang butuh banget baik proofreader dan editor. Makanya dilihat hasil tesku juga, baru diberitahu nanti aku akan mengerjakan naskah sebagai apa. ^^
Tanya: Setelah dibilang diterima, selanjutnya bagaimana? Proses memeriksa naskahnya gimana sih?
Jawab: Untuk yang ini aku hanya bisa bilang kalau kebijakan masing-masing penerbit berbeda, dan aku nggak bisa mendetailkan karena itu menjadi rahasia dapur mereka. :) Yang pasti untuk proofread akan diberi naskah hasil editan akhir untuk diperiksa oleh kita, nah hasil pemeriksaan kita adalah berupa komentar-komentar mana yang salah dan perlu koreksi. Lalu komentar-komentar itu ditindaklanjuti oleh editor, misalkan ada seratus komentar, setelah dicek sama editor yang benar-benar perlu dikoreksi ada 85. Mereka juga akan memberi alasan kenapa 15 komentar proofreader ditolak, jadi ya bisa saling belajar. Untuk mengedit, biasanya yang diberi naskah yang seperempat matang. Maksudku, bukan benar-benar naskah mentah, tetapi sudah dibaca oleh editor tetap di penerbit yang bersangkutan, tetapi karena masih banyak yang perlu koreksi dan mereka diburu waktu, maka selanjutnya editor freelance yang mengerjakan. Nanti akan berkomunikasi dengan penulis juga. Untuk tenggat waktu juga masing-masing penerbit berbeda, dan nggak bisa aku bagikan di sini. ^^
Tanya: Honornya bagaimana?
Jawab: Standar honor baik proofreader maupun editor di tiap penerbit tentu berbeda. Dan, rahasia dapur mereka juga ya... hehehe. Pembedanya apa? Skala penerbit itu pastinya, makin gede makin banyak pula honornya. :) Lalu bisa juga dari konten naskahnya sendiri, dari jumlah kata atau halaman naskah, juga pengalaman kita sebagai editor atau proofreader sebelumnya. Kalau buatku pribadi lumayan banget, aku nggak pernah kecewa dengan honor yang diberikan, karena selain aku memang masih pemula, tetapi secara jumlah memang buatku sudah menyenangkan. Setimpal dengan waktu dan ketelitian yang kulakukan. ^^ Satu hal juga, jangan berharap honor cepat-cepat diberikan begitu kita menyelesaikan memeriksa satu naskah. Biasanya honor cair kalau si naskah sudah bener-bener oke dan siap naik cetak. Tapi sekali lagi itu tergantung kebijakan tiap penerbit ya. ^^
Tanya: Bagaimana dengan pencantuman nama kita di buku?
Jawab: Untuk pencantuman nama kita sebagai pengerja naskah di dalam buku, juga kebijakan penerbit bisa beda. Misalkan, untuk penerbit A semua pengerjanya akan ditulis; penerbit B tidak mencantumkan proofreader; penerbit C malah hanya mencantumkan nama editor tetap, untuk yang berstatus freelance tidak dicantumkan. Dalam hal ini teman-teman perlu tahu dari awal jadi nggak ngedumel. Aku pun ketika tahu kebijakan penerbit C, aku setuju saja sih karena bisa dipercayakan memeriksa naskah saja sudah seneng. Toh ketika naskah itu selesai aku periksa, biasanya akan tetap disupervisi oleh editor tetap penerbit tersebut. Cukup adil. :)
Oke, kayaknya segini dulu cukup apa yang bisa aku bagikan berkaitan profesi editor dan proofreader freelance. Kalau masih ada yang kurang silakan komentari, akan aku pertimbangkan untuk tambahan kalau memang aku tahu jawabannya. Terima kasih sudah menyimak. ^^.
Thanks Mbak udah sharing..jd tambah deh pengetahuannya ttg dunia editing..secara aku jg pernah kepikiran ke sana, cuma aku nggak yakin..masukannya membantu bgt, Mbak ^^
ReplyDeleteErtalin: sama-sama ^^ Iya karena ada beberapa temen nanyain, lha aku juga awalnya coba-coba kok. Hehe. Coba lamar aja ya Ertalin, kan nanti bakalan dites juga sama penerbit kalau memang mereka butu. :D
ReplyDeletesiipp deh, Mbak..btw, tmpt tinggal kita harus satu kota dengan penerbitnya ya, brrti? thanks Mbak bt supportnya..hehe..
DeleteKalau freelance sih enggak kok, cukup lamar via E-mail, nanti kerjaan juga diberi via E-mail atau diposin (kalau perlu proofread versi cetak).
DeleteJelas banget ulasannya. Dan menjawab beberapa pertanyaan yang selama ini gatau harus nanya ke siapa hehehe. terimakasihhhhh
ReplyDeletekak dinooy makasih banget infonya. aku lagi nyari infor proofreader dan terdampar disini alhamdulillah. infonya sangat bermanfaat kak :D
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteMakasih banyak infonya kak. Sangat membantu :)
ReplyDeletenice info :-)
ReplyDeleteSangat bermanfaat.. terimakasih ka 😊😊
ReplyDeleteinfonya membantu banget kak, kebetulan aku juga sama ingin jadi proofreader tapi background pendidikan tidak sejalan ^^;; terima kasih banyak kak!
ReplyDeleteinfonya membantu banget kak, kebetulan aku juga sama ingin jadi proofreader tapi background pendidikan tidak sejalan ^^;; terima kasih banyak kak!
ReplyDeleteKak kalo boleh tau gmn cara detailny buat ngelamar jadi proofreader? Saya msh blm paham
ReplyDeleteIya kak boleh dikasih tau ga ya gimana ngelamarnya?
DeleteKak, proofreader cuman buat yang sarjana aja? Kalo yang masih pelajar gimana? Kak, sekalian mau tanya boleh ngga aku tau akun sosial media-nya aku pengen tau banyak tentang proofreader
ReplyDeleteThanks mb dini. Bener semua. Baru mulai tahun ini, sudah 4 buku. Berawal dr kenal teman (dosen) yg produktif menulis. Berangkat sama" suka baca. Si teman masuk ke dalam komunitas menulis. Udah deh, permintaan merembet. Nah itu bisa jadi contoh cara melamar secara tradisional, hehehe.
ReplyDeletePengalaman terakhir; hanya selang beberapa bulan 4 buku dicetak. Ada bbrp kata di buku ke-4 menggunakan EYD ter-update yg versi daring (bukan yg aplikasi). Duh ��. Jadi rajin" cek dan cek lagi, memastikan.
Suatu ketika akan 'tersesat'. Lalu ada nasihat Prof. Dadang Sunendar, bahwa KBBI bukan 'kitab suci' mutlak sbgai pedoman ataupun sebaliknya patut dijauhi, dimusuhi krn masih ada kontradiksi.
Selamat berkreativitas ...!